Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi menjadi kekuatan regional dalam bidang energi hijau. Indonesia diperkirakan memiliki potensi teknis sebesar 400 gigawatt (GW) untuk pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Tenaga surya menyumbang setengah dari jumlah tersebut, sementara tenaga air dan panas bumi masing-masing dapat menghasilkan kapasitas hingga 75GW dan 29GW. Jika dikembangkan sepenuhnya, hal ini akan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia di masa depan – namun, laju transisi energi harus dikelola secara hati-hati untuk memastikan transisi yang adil. Prospek yang menggembirakan ini menunjukkan peluang energi hijau yang besar di Indonesia, dimana energi terbarukan mampu menghasilkan dua pertiga dari total bauran energi negara pada tahun 2050 – naik dari hanya 14 persen saat ini.
Indonesia juga memiliki potensi yang signifikan sebagai pusat penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), dengan perkiraan potensi penyimpanan karbon dioksida (CO2) sebesar empat hingga delapan gigaton dengan memanfaatkan cadangan minyak dan gas yang sudah menipis. Pemanfaatan akuifer garam di Indonesia dapat menambah potensi penyimpanan CO2 sebesar 600 miliar ton. Peluang CCS ini dapat mempercepat upaya pengurangan emisi CO2 nasional secara signifikan.
Indonesia juga diposisikan untuk menjadi salah satu produsen molekul ramah lingkungan terkemuka di kawasan. Sebagai negara berkembang dengan sektor industri yang berkembang, terdapat peningkatan permintaan terhadap industri seperti baja, semen, dan bahan kimia yang beralih ke hidrogen ramah lingkungan untuk mempercepat dekarbonisasinya. Permintaan hidrogen ramah lingkungan di seluruh Asia diperkirakan akan mencapai lebih dari 300 juta ton per tahun (mtpa) pada tahun 2050.
Pusat energi regional yang potensial
Dengan potensi energi terbarukan dan CCS yang signifikan, Indonesia dapat melakukan lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan, dan bertindak sebagai pusat regional untuk mengkatalisasi dekarbonisasi yang lebih luas di Asia Tenggara. Lokasi geografisnya yang strategis memungkinkan adanya hubungan dengan negara-negara terdekat melalui interkoneksi energi yang ada dan yang sedang berkembang, didukung oleh komitmen pemerintah untuk memajukan energi terbarukan. Artinya, Indonesia bisa menawarkan platform untuk mempercepat dekarbonisasi negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Potensi ini selaras dengan komitmen Indonesia untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, didukung oleh intervensi kebijakan dan insentif terhadap teknologi energi terbarukan. Hal ini dapat menempatkan Indonesia sebagai pemain terdepan dalam lanskap energi ramah lingkungan di Asia Tenggara.
Mewujudkan potensi Indonesia sebagai pusat energi hijau regional bergantung pada memastikan adopsi energi terbarukan secara cepat, menerapkan kebijakan yang tepat, mengembangkan infrastruktur dan meningkatkan kemampuan di seluruh rantai pasokan untuk membantu mempercepat pengembangan energi terbarukan dan teknologi CCS.
Impor elektron ramah lingkungan sebesar 2GW dari Indonesia oleh Singapura merupakan sebuah langkah penting. Perjanjian ekspor tenaga listrik, yang ditandatangani pada bulan Januari 2022 dan Maret 2023, menegaskan komitmen kedua negara untuk memfasilitasi perdagangan dan interkoneksi listrik lintas batas, sekaligus mendorong investasi dalam pengembangan industri manufaktur energi terbarukan. Mengekspor elektron ramah lingkungan juga memberikan peluang untuk memulai rantai nilai energi terbarukan dalam negeri Indonesia dengan mengkompensasi rendahnya permintaan listrik ramah lingkungan dalam jangka pendek. Mengembangkan kemampuan manufaktur energi terbarukan juga dapat menjamin keamanan pasokan dalam jangka panjang.
Meskipun potensinya besar, mewujudkan ambisi untuk menjadi pembangkit tenaga energi ramah lingkungan di kawasan ini memerlukan langkah berani dan intervensi kebijakan terkait permintaan dan pasokan, serta infrastruktur yang mendukung dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan. Ada beberapa keharusan strategis untuk keberhasilan ekspor elektron ramah lingkungan.
Mempercepat adopsi teknologi energi terbarukan
Menetapkan kebijakan untuk merangsang adopsi dan permintaan energi terbarukan adalah hal yang penting. Hal ini termasuk kredit pajak dan subsidi untuk mengurangi biaya pembelian dan pemasangan sistem energi terbarukan. Insentif-insentif ini menjadikan energi ramah lingkungan lebih mudah diakses secara finansial oleh konsumen dan dunia usaha yang lebih luas.
Negara-negara lain telah meluncurkan insentif dan subsidi untuk mempercepat penerapan teknologi energi terbarukan. Misalnya, Kredit Pajak Investasi (ITC) Amerika Serikat adalah insentif yang mengurangi kewajiban pajak pendapatan federal sebesar sebagian biaya pemasangan sistem energi surya selama tahun pajak. ITC memungkinkan pemilik rumah dan bisnis untuk mengurangi persentase biaya pemasangan sistem energi surya dari pajak federal mereka. Selain itu, sistem energi surya yang memenuhi ambang batas kandungan dalam negeri berhak menerima kenaikan nilai ITC sebesar 10 poin persentase.
Di India, pemerintah menawarkan berbagai subsidi dan insentif untuk pemasangan panel surya di bawah Misi Tenaga Surya Nasional. Hal ini mencakup subsidi modal dan rabat, serta manfaat pajak untuk instalasi perumahan dan komersial.
Selain rangkaian subsidi dan insentif, penetapan standar energi bersih atau standar portofolio terbarukan dalam jangka menengah, yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan sebagian energinya dari sumber terbarukan, juga akan semakin mempercepat adopsi teknologi terbarukan di pasar domestik.
Memastikan investasi energi hijau bagi pengembang, investor
Penting untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang menarik bagi investor dan operator. Dukungan pemerintah dalam bentuk insentif pajak bagi produsen dan pengembang, serta subsidi dan hibah untuk penelitian dan pengembangan (R&D), berperan penting dalam mendorong energi terbarukan.
Ada beberapa potensi kebijakan yang dapat diterapkan untuk memberi insentif pada investasi. Tarif premium komersial atau tarif di atas harga pasar untuk energi terbarukan yang dimasukkan ke dalam jaringan listrik nasional dapat dipertimbangkan untuk memastikan hasil investasi yang menarik bagi pengembang listrik yang mendorong partisipasi.
Penting juga untuk memastikan pasar yang transparan dan kebijakan yang stabil. Rencana yang jelas dan terkomunikasikan untuk meningkatkan energi terbarukan yang didukung oleh kebijakan energi nasional yang koheren dan menawarkan stabilitas jangka panjang sangat penting untuk kepercayaan investor. Data pasar harus transparan dan dapat diakses untuk membantu investor mengambil keputusan yang tepat dan mengurangi risiko yang dirasakan.
Kapabilitas, infrastruktur, dan kolaborasi regional harus diperkuat untuk mempercepat pembangunan Indonesia sebagai pusat energi ramah lingkungan. Beberapa inisiatif diperlukan untuk membangun infrastruktur energi yang sesuai. Pertama, memperkuat dan meningkatkan jaringan listrik dalam negeri untuk mengakomodasi semakin banyaknya sumber energi terbarukan merupakan hal yang penting. Hal ini mencakup investasi pada teknologi jaringan pintar, meningkatkan stabilitas jaringan listrik, dan meningkatkan kapasitas penyimpanan energi untuk menangani berbagai macam sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Meningkatkan pengembangan kemampuan dalam teknologi ramah lingkungan juga merupakan kuncinya, terutama untuk peluang-peluang baru seperti hidrogen ramah lingkungan dan CCS. Pemerintah dapat mengalokasikan dana untuk kegiatan penelitian dan pengembangan guna mendukung transisi ini. Dukungan pemerintah terhadap lembaga penelitian, kolaborasi dengan universitas, dan pemberian insentif bagi penelitian dan pengembangan sektor swasta melalui keringanan pajak atau pendanaan langsung akan mendukung hal ini. Kebijakan yang koheren di seluruh permintaan, pasokan, dan infrastruktur harus ditetapkan untuk memastikan percepatan pengembangan kemampuan di seluruh rantai nilai ramah lingkungan.
Selain itu, mempercepat pengembangan pasar karbon Indonesia dan menerapkan pajak karbon yang sesuai juga penting untuk mempercepat pengembangan ekosistem hijau dan membuka potensi pendanaan yang besar.
Terakhir, kolaborasi regional sangat penting untuk menghubungkan peluang di seluruh Asia Tenggara. Kemitraan adalah kunci untuk mengembangkan perjanjian perdagangan listrik, pembangunan infrastruktur dan persyaratan perizinan lainnya. Jaringan Listrik ASEAN, misalnya, merupakan inisiatif penting untuk membangun interkoneksi listrik regional antar negara di Asia Tenggara, yang kemudian akan memungkinkan perdagangan elektron ramah lingkungan melintasi batas negara.
Dengan intervensi yang tepat pada sisi permintaan, pasokan, dan ekosistem pendukungnya, Indonesia siap menjadi pusat energi ramah lingkungan di Asia Tenggara. Pada gilirannya, posisi baru Indonesia sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan di kawasan akan membantu memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi negara.